Monday, April 21, 2014

Pelan Tindakan Kebangsaan Bagi Memperkasakan Ibu Tunggal

Pelan Tindakan Kebangsaan Bagi Memperkasakan Ibu Tunggal

Pada tahun 2010, JPW dengan kerjasama UNDP telah menyediakan Pelan Tindakan Kebangsaan bagi Memperkasakan Ibu Tunggal.
  • Tiga aktiviti utama dalam penyediaan Pelan Tindakan Kebangsaan bagi Memperkasakan Ibu Tunggal adalah seperti berikut:
  1. Mengenalpasti profil sosio-ekonomi ibu-ibu tunggal di Malaysia;
  2. Mengkaji keberkesanan bantuan dan program-program yang disediakan untuk ibu tunggal; dan
  3. Mengemukakan cadangan penambahbaikan bagi membantu dan memperkasakan ibu-ibu tunggal di Malaysia.
  • Bagi tujuan mendapatkan profil sosio ekonomi ibu tunggal, pihak penyelidik membuat tinjauan terhadpa lebih 2,700 orang responden yang terdiri daripada ibu-ibu tunggal.
  • Berdasarkan tinjauan yang dibuat, peunca menjadi ibu tunggal adalah seperti berikut:
    • 49% - kematian suami
    • 40% - penceraian
    • 8% - berpisah
    • 3% - lain-lain faktor



    Sumber dari : http://www.mywanita.gov.my/member/singlemother/index/

BENGKEL PENYEDIAAN DOKUMENTASI KES DI MAHKAMAH SYARIAH

BENGKEL PENYEDIAAN DOKUMENTASI KES DI MAHKAMAH SYARIAH 

 Seperti yang dijanjikan, saya bawakan kepada anda semua Bengkel Penyediaan Dokumentasi Kes di Mahkamah Syariah. Menerusi bengkel ini, anda akan diajar cara menyediakan dokumentasi yang perlu bagi memfailkan atau menjawab tuntutan kes mal (perkahwinan) merangkumi kes tuntutan cerai, takliq, fasakh, khuluk, hak jagaan anak, tuntutan nafkah eddah, mut’ah, nafkah anak, harta sepencarian dan hutang perkahwinan. Anda juga akan diajar tentang pembuktian yang perlu dikemukakan bagi menyokong kes anda.
***Boleh bawa dokumentasi kes anda jika telah ada kes di Mahkamah Syariah

Tarikh: Pilihan sama ada pada 24hb Mei (Sabtu) atau pada 28hb Mei (Rabu) - saya sediakan dua tarikh bagi memudahkan anda yang susah untuk bercuti kerja (boleh datang pada Sabtu) atau mereka yang susah hadir pada hari cuti (boleh datang pada hari bekerja.)

Masa: 8.00am hingga 5.30pm

Tempat: Dewan Kuliah, Masjid Negara, Kuala Lumpur

Yuran: RM130 per individu – Peserta yang hadir ke Bengkel Pengendalian Kes pada 7 Julai 2013, jika ingin menyertai bengkel ini, yuran yg dikenakan hanyalah RM100


Aturcara:
08.00am – Pengesahan Pendaftaran dan sarapan
08.30am – Bengkel 1 – Penyediaan Kronologi Kes
09.00am – Bengkel 2 – Tuntutan Cerai, Pengesahan Cerai dan Khuluk
10.30am – Bengkel 3 – Tuntutan Takliq dan Fasakh
01.00pm – Makan tengahari dan Solat Zohor
02.00pm – Bengkel 4 – Tuntutan Hak Jagaan Anak dan Nafkah Anak
03.30pm – Bengkel 5 – Tuntutan Nafkah Eddah, Mut’ah, Harta Sepencarian dan Hutang Perkahwinan
05.30pm – Solat Asar dan Bersurai

Cepat! Daftar segera! Tempat terhad kepada 25 peserta sahaja.

Untuk pendaftaran, bayar RM100 ke akaun akaun Bank Islam 120650 10035871 atas nama Bina Bahagia Services kemudian SMS nombor rujukan atau tarikh dan masa bayaran beserta nama penuh, no KP dan alamat lengkap anda ke talian 013-2545965. Baki bayaranRM30 dibayar pada hari program. Bayaran tidak akan dikembalikan tetapi boleh digantikan dengan peserta lain. Terima kasih atas sokongan dan kerjasama rakan2...(",)

Tuesday, April 8, 2014

World Halal Conference 2014

In conjunction of MIHAS 2014, a World Halal Conference 2014(WHC 2014) will be held from 9-10 April 2014 at the Kuala Lumpur Convention Centre.

This event is organised by the Halal Industry Development Corporation(HDC).

Admission is Free and by invitation only. For those interested in joining this event, you can pre-register via www.hdcglobal.com.my. #MIHAS2014


Kindly visit : - http://www.hdcglobal.com.my./publisher/ 

Ibuku Sayang

Segala puji bagi Allah… yang telah memuliakan kedudukan kedua orang tua, dan telah menjadikan mereka berdua sebagai pintu tengah menuju syurga.
Shalawat serta salam hamba -yg lemah ini- panjatkan keharibaan Nabi yg mulia, keluarga serta para sahabatnya hingga hari kiamat. Amin…

Ibu…
Aku terima suratmu yg engkau tulis dg tetesan air mata dan duka… aku telah membaca semuanya… tidak ada satu huruf pun yg aku sisakan.
Tapi tahukah engkau, wahai Ibu… bahwa aku membacanya semenjak shalat Isya’… Semenjak sholat isya’… aku duduk di pintu kamar, aku buka surat yg engkau tuliskan untukku… dan aku baru selesaikan membacanya setelah ayam berkokok… setelah fajar terbit dan adzan pertama telah dikumandangkan…
Sebenarnya, surat yg engkau tulis tersebut, jika ditaruhkan di atas batu, tentu ia akan pecah… Jika engkau letakkan di atas daun yg hijau, tentu dia akan kering…
Sebenarnya, surat yg engkau tulis tersebut tidak akan tertelan oleh ayam… Sebenarnya, wahai ibu, suratmu itu bagiku bagaikan petir kemurkaan, yg jika dipecutkan ke pohon yg besar, dia akan rebah dan terbakar…
Suratmu wahai ibu, bagaikan awan Kaum Tsamud, yg datang berarak dan telah siap dimuntahkan kepadaku…
Ibu…
Aku telah baca suratmu, sedangkan air mataku tidak pernah berhenti!! Bagaimana tidak… Jika surat itu ditulis oleh seorang yg bukan ibu dan bukan ditujukan pula kepadaku, layaklah orang yg paling bebal, untuk menangis sejadi-jadinya… Bagaimana kiranya, jika yg menulis itu adalah ibuku sendiri… dan surat itu ditujukan untukku sendiri…
Sungguh aku sering membaca kisah sedih, tidak terasa bantal yg dijadikan tempat bersandar telah basah karena air mata… Bagaimana pula dg surat yg ibu tulis itu!? bukan cerita yg ibu karang, atau sebuah drama yg ibu perankan, akan tetapi dia adalah kenyataan hidup yg ibu rasakan.
Ibuku yg kusayangi…
Sungguh berat cobaanmu… sungguh malang penderitaanmu… semua yg engkau telah sebutkan benar adanya…
Aku masih ingat ketika engkau ditinggalkan ayah pada masa engkau hamil tua mengandung adikku. Ayah pergi entah kemana tanpa meninggalkan uang belanja, jadilah engkau mencari apa yg dapat dimasak di sekitar rumah dari dedaunan dan tumbuhan.
Dg jalan berat engkau melangkah ke kedai untuk membeli ala kadarnya, sambil engkau membisikkan kepada penjual bahwa apa yg engkau ambil tersebut adalah hutang… hutang… yang engkau sendiri tidak tahu, kapan engkau akan dapat melunasinya…
Ibu…
Aku masih ingat ketika kami anak-anakmu menangis untuk dibuatkan makanan, engkau tiba-tiba menggapai atap dapur untuk mengambil kerak nasi yg telah lama engkau jemur dan keringkan…
Tidak jarang pula engkau simpan untukku sepulang sekolah tumbung kelapa, hanya untuk melihat aku mengambilnya dg segera.
Aku masih ingat… engkau sengaja ambilkan air didih dari nasi yg sedang dimasak, ketika engkau temukan aku dalam keadaan sakit demam.
Ibu…
maafkanlah anakmu ini… aku tahu bahwa semenjak engkau gadis, sebagaimana yg diceritakan oleh nenek sampai engkau telah tua seperti sekarang ini, engkau belum pernah mengecap kebahagiaan.
Duniamu hanya rumah serta halamannya, kehidupanmu hanya dg anak-anakmu… Belum pernah aku melihat engkau tertawa bahagia, kecuali ketika kami anak-anakmu datang ziarah kepadamu. Selain dari itu, tidak ada kebahagiaan… Semua hidupmu adalah perjuangan. Semua hari-harimu adalah pengorbanan.
Ibu…
Maafkan anakmu ini! Semenjak engkau pilihkan untukku seorang isteri, wanita yg telah engkau puji sifat dan akhlaknya… yg engkau telah sanjung pula suku dan negerinya! Semenjak itu pula aku seakan-akan lupa deganmu…
Wahai ibu…
Keberadaan dia sebagai isteriku telah membuatku lupa posisi engkau sebagai ibuku… senyuman dan sapaannya telah melupakanku dg himbauanmu.
Ibu… aku tidak menyalahkan wanita pilihanmu tersebut, karena kewajibannya untuk menunaikan tanggung-jawabnya sebagai istri… Aku berharap pada permasalahan ini, engkau tidak membawa-bawa namanya, dan mengaitkan kedurhakaanku kepadamu karenanya… Karena selama ini, di mataku dia adalah istri yg baik, istri yg telah berupaya berbuat banyak untuk suami dan anak-anaknya… Istri yg selalu menyuruh untuk berbuat baik dan berbakti kepada kedua orang tua.
Ibu…
Ketika seorang laki-laki menikah dg seorang wanita, maka seolah-olah dia telah mendapatkan permainan baru, seperti anak kecil mendapatkan boneka atau orang-orangan. Maafkan aku ibu…
Aku tidaklah membela diriku, karena dari awal dan akhir pembicaraan ini kesalahan ada padaku, anakmu ini… Akan tetapi aku ingin menerangkan keadaan yg aku alami, perubahan suasana setelah engkau dan aku berpisah, tidak satu atap lagi…
Ibu…
Perkawinanku membuatku masuk ke alam dunia baru… dunia yg selama ini tidak pernah aku kenal… dunia yg hanya ada aku, istri dan anak-anakku… Bagaimana tidak, istri yg baik, anak-anak yg lucu-lucu! Maafkan aku Ibu… Maafkan aku anakmu… aku merasa dunia hanya milik kami, aku tidak peduli dg keadaan orang yg penting bagiku… yg penting bagiku adalah keadaan mereka: anak-anak dan istriku…
Ibu…
Maafkan aku, anakmu… Ampunkan aku, anakmu… Aku telah lalai… aku telah alpa… aku telah lupa… aku telah menyia-nyiakanmu…
Aku pernah mendengar kajian, bahwa orang tua difitrahkan untuk cinta kepada anaknya, akan tetapi anak difitrahkan untuk menyia-nyiakan orang tuanya… Oleh sebab itu, dilarang mencintai anak secara berlebihan, sebagaimana anak dilarang berbuat durhaka kepada orang tuanya… Itulah yg terjadi pada diriku, wahai Ibu!!
Aku pasti akan gila ketika melihat anakku sakit… Aku seperti orang kebingungan ketika melihat anakku diare… Tapi itu sulit, aku rasakan jika hal itu terjadi padamu wahai ibu… Itu sulit aku rasakan, jika seandainya hal itu terjadi pada ibu, dan pada ayah…
Ibu…
Sulit aku merasakan perasaanmu…
Kalaulah bukan karena bimbingan agama yg telah engkau talqinkan kepadaku, tentu aku telah seperti kebanyakan anak-anak yg durhaka kepada orang tuanya!!
Kalaulah bukan karena baktimu pula kepada orang tuamu dan orang tua ayahmu, niscaya aku tidak akan pernah mengenal arti bakti kepada orang tua.
Setelah suratmu datang, baru aku mengerti… Karena selama ini hal itu tidak pernah engkau ungkapkan, semuanya engkau simpan dalam-dalam seperti semua permasalahan berat, yg engkau hadapi selama ini.
Sekarang baru aku mengerti, wahai ibu… bahwa hari yg sulit bagi seorang ibu, adalah hari di mana anak laki-lakinya telah menikah dg seorang wanita… wanita yg telah mendapat keberuntungan…
Bagaimana tidak… Dia dapatkan seorang laki-laki yg telah matang pribadinya dan matang ekonominya, dari seorang ibu yg telah letih membesarkannya… Dari hidup ibu itulah ia dapatkan kematangan jiwa, dan dari uang ibu itu pulalah ia dapatkan kematangan ekonomi… Sekarang, -dg ikhlas- ia berikan kepada seorang wanita yg tidak ada hubungan denganya, kecuali hubungan dua wanita yg saling berebut perhatian seorang laik-laki… Dia sebagai anak dari ibunya dan dia sebagai suami dari istrinya.
Ibuku sayang…
Maafkan aku… Ampunkan diriku… Satu titisan air matamu adalah lautan api neraka bagiku… Janganlah engkau menangis lagi, janganlah engkau berduka lagi!… Karena duka dan tangismu menambah dalam jatuhku ke dalam api neraka!! Aku takut Ibu…
Kalau itu pula yg akan kuperoleh… kalau neraka pula yg akan aku dapatkan… izinkan aku membuang semua kebahagiaanku selama ini, hanya demi untuk dapat menyeka air matamu…
Kalau engkau masih akan murka kepadaku, izinkan aku datang kepadamu membawa segala yg aku miliki lalu menyerahkannya kepadamu, lalu terserah engkau… terserah engkau, mau engkau buat apa…
Sungguh ibu, dari hati aku katakan, aku tidak mau masuk neraka, sekalipun aku memiliki kekuasaan Firaun… kekayaan Karun… dan keahlian Haman… Nescaya aku tidak akan tukar dg kesengsaraan di akhirat sekalipun sesaat… Siapa pula yg tahan dg azab neraka, wahai Bunda… maafkan aku anakmu, wahai ibu!!
Adapun sebutanmu tentang keluhan dan pengaduan kepada Allah ta’ala, bahwa engkau belum mau mengangkatnya ke langit… bahwa engkau belum mau berdoa kepada Allah akan kedurhakaanku… Maka, ampun, wahai Ibu!!
Kalaulah itu yg terjadi… dan do’a itu tersampaikan ke langit! Salah pula ucapan lisanmu!! Apalah jadinya nanti diriku… Apalah jadinya nanti diriku… Tentu aku akan menjadi tunggul yg tumbang disambar petir… apalah gunanya kemegahan, sekiranya engkau do’akan atasku kebinasaan, tentu aku akan menjadi pohon yg tidak berakar ke bumi dan dahannya tidak bisa sampai ke langit, di tengahnya dimakan kumbang pula…
Kalaulah do’amu terucap atasku, wahai bunda… maka, tidak ada lagi gunanya hidup… tidak ada lagi gunanya kekayaan, tidak ada lagi gunanya banyak pergaulan…
Ibu dalam sepanjang sejarah anak manusia yg kubaca, tidak ada yg bahagia setelah kena kutuk orang tuanya. Itu di dunia, maka aku tidak dapat bayangkan bagaimana nasibnya di akherat, tentu ia lebih sengsara…
Ibu…
Setelah membaca suratmu, baru aku menyadari kekhilafan, kealfaan dan kelalaianku.
Ibu… Suratmu akan kujadikan “jimat” dalam hidupku… setiap kali aku lalai dalam berkhidmat kepadamu akan aku baca ulang kembali… tiap kali aku lengah darimu akan kutalqinkan diriku dengannya… Akan kusimpan dalam lubuk hatiku, sebelum aku menyimpannya dalam kotak wasiatku… Akan aku sampaikan kepada anak keturunanku, bahwa ayah mereka dahulu pernah lalai di dalam berbakti, lalu ia sadar dan kembali kepada kebenaran… ayah mereka pernah berbuat salah, sehingga ia telah menyakiti hati orang yang seharusnya ia cintai, lalu ia kembali kepada petunjuk.
Bunda…
Tua… engkau berbicara tentang tua, wahai bunda…?! siapa yg tidak mengalami ketuaan, wahai ibu!!
Burung elang yg terbang di angkasa, tidak pernah bermain kecuali di tempat yang tinggi… suatu saat nanti dia akan jatuh jua, dikejar, dan diperebutkan oleh burung-burung kecil.
Singa, si raja hutan yg selalu memangsa, jika telah tiba tua, dia akan dikejar-kejar oleh anjing kecil tanpa ada perlawanan… Tidak ada kekuasaan yang kekal, tidak ada kekayaan yang abadi, yang tersisa hanya amal baik atau amal buruk yg akan dipertanggungjawabkan.
Ibu…
Doakan anakmu ini, agar menjadi anak yang berbakti kepadamu, di masa banyak anak yang derhaka kepada orang tuanya… Angkatlah ke langit munajatmu untukku, agar aku akan memperoleh kebahagiaan abadi di dunia dan di akhirat.
Ibu…
sesampainya suratku ini, insya Allah tidak akan ada lagi air mata yg jatuh karena ulah anakmu… setelah ini tidak ada lagi kejauhan antaraku denganmu…
bahagiamu adalah bahagiaku… kesedihanmu adalah kesedihanku… senyumanmu adalah senyumanku… tangismu adalah tangisku…
Aku berjanji, untuk selalu berbakti kepadamu buat selamanya, dan aku berharap agar aku dapat membahagiakanmu selagi mataku masih bisa berkedip… maka bahagiakanlah dirimu… buanglah segala kesedihan, cobalah tersenyum… Ini kami… aku, istri, dan anak-anak sedang bersiap-siap untuk bersimpuh di hadapanmu, mencium tanganmu.
Salam hangat dari anakmu yg durhaka…
(Disadur dari kajian Ustadz Armen -rohimahulloh-)

petikan dari :- http://addariny.wordpress.com/2010/04/12/ibuku-sayang/#more-1646

Thursday, April 3, 2014

Ibu Tunggal Agresif?

Hasil dari pemerhatian saya, saya mendapati ramai ibu tunggal bersikap agresif dan terlalu berterus terang. Antara kata-kata yang sering menggambarkan betapa agresif dan berterus terangnya ibu tunggal ini adalah seperti di bawah:-

"Saya mempunyai 4 orang anak dan 2 pekerjaan sebab bapa mereka tidak berguna. Jadi, jika ada lelaki yang berminat dengan saya, mereka perlu ada wang dan perlu mampu menyara kami. Jika tidak, janganlah buang masa dengan saya."

Kata-kata di atas boleh digantikan dengan lebih berhemah lagi seperti di bawah pula :-

"Bagi saya, menjadi seorang ibu yang baik adalah penting. Jadi, sebagai ibu yang baik, sudah tentu saya perlu pastikan bahawa anak-anak saya mendapat seorang bapa yang baik juga. Saya boleh berdikari tetapi saya sedar lebih baik lagi sekiranya ada lelaki yang boleh menjadi role model'/ father's figure di dalam keluarga kami."

Fikirkan kata-kata di atas. Sebagai ibu tunggal, kita perlu letakkan standard' yang bagaimana kita perlukan di dalam kehidupan kita. Ada kala, lelaki perlu diingatkan selalu apakah tanggungjawab mereka di dalam sesuatu perhubungan terutama sekali perhubungan dengan Allah.


-norasikin ma'akim 

Bantuan Segera Diperlukan Untuk Rumah Allah di Sandakan, Sabah


“The first duty of love is to listen” - Paul Tillich's quote.
Maksudnya tugas cinta yang pertama ialah mendengar.

Salah satu asma ul-husna Allah SWT ialah Al-Sami’ (Yang Maha Mendengar). Allah sentiasa mendengar pengaduan hamba-hambaNya. Zat yang mampu menyelesaikan segala masalah yang dihadapi oleh hamba-Nya.

Berkata seorang ulama bernama al-Hakim:
“Jika kamu ingin Allah ‘bercakap’ denganmu, bacalah Al-Quran kerana Al-Quran ialah ayat ayat Allah yang ditujukan kepadamu. Tetapi jika kamu pula ingin ‘bercakap’ dengan Allah, maka dirikanlah solat kerana solat hakikatnya ialah doa, pengaduan, pujian dan rintihan seorang hamba kepada Allah”.

p.s : Gambar yang anda lihat ialah gambar di sebuah tempat kebakaran. Saya berada di sini. Saya sedang membantu surau dan masjid di sekitar Sandakan yang serba daif. Contoh, kekurangan tenaga pengajar mengajar penduduk setempat terutama kanak-kanak dan warga emas. kekurangan bekalan air bersih, ketiadaan kolah untuk bersuci. Usah pertikaikan pihak lain. Tanya diri sendiri seikhlas hati. Mohon rakan-rakan dermawan sudi membantu mereka. Pm inbox saya untuk tindakan seterusnya. Semoga para dermawan dirahmati Allah selalu. Aamiin.


Tumbuk Ibu Kerana Pisang Goreng


Dari Mu’wiyah bin Jahimah as-Salami bahwasanya Jahimah pernah datang menemui Nabi saw lalu berkata: Wahai Rasulullah, aku ingin pergi jihad, dan sungguh aku datang kepadamu untuk meminta pendapatmu. Beliau berkata: “Apakah engkau masih mempunyai ibu?” Ia menjawab: Ya, masih. Beliau bersabda: “Hendaklah engkau tetap berbakti kepadanya, karena sesungguhnya surga itu di bawah kedua kakinya.” - See more at: http://www.majalahislami.com/2009/05/surga-itu-di-bawah-telapak-kaki-ibu/#sthash.xSMHB2J0.dpuf
Dari Mu’wiyah bin Jahimah as-Salami bahwasanya Jahimah pernah datang menemui Nabi saw lalu berkata: Wahai Rasulullah, aku ingin pergi jihad, dan sungguh aku datang kepadamu untuk meminta pendapatmu. Beliau berkata: “Apakah engkau masih mempunyai ibu?” Ia menjawab: Ya, masih. Beliau bersabda: “Hendaklah engkau tetap berbakti kepadanya, karena sesungguhnya surga itu di bawah kedua kakinya.” - See more at: http://www.majalahislami.com/2009/05/surga-itu-di-bawah-telapak-kaki-ibu/#sthash.xSMHB2J0.dpuf

عَنْ مُعَاوِيَةَ بْنِ جَاهِمَةَ السَّلَمِيِّ أَنَّ جَاهِمَةَ جَاءَ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ أَرَدْتُ أَنْ أَغْزُوَ، وَقَدْ جِئْتُ أَسْتَشِيْرُكَ. فَقَالَ: هَلْ لَكَ مِنْ أُمٍّ؟ قَالَ: نَعَمْ. قَالَ: فَالْزَمْهَا، فَإِنَّ الْجَنَّةَ تَحْتَ رِجْلَيْهَا

Dari Mu’wiyah bin Jahimah as-Salami bahwasanya Jahimah pernah datang menemui Nabi saw lalu berkata: Wahai Rasulullah, aku ingin pergi jihad, dan sungguh aku datang kepadamu untuk meminta pendapatmu. Beliau berkata: “Apakah engkau masih mempunyai ibu?” Ia menjawab: Ya, masih. Beliau bersabda: “Hendaklah engkau tetap berbakti kepadanya, karena sesungguhnya surga itu di bawah kedua kakinya.”
- See more at: http://www.majalahislami.com/2009/05/surga-itu-di-bawah-telapak-kaki-ibu/#sthash.xSMHB2J0.dpuf

عَنْ مُعَاوِيَةَ بْنِ جَاهِمَةَ السَّلَمِيِّ أَنَّ جَاهِمَةَ جَاءَ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ أَرَدْتُ أَنْ أَغْزُوَ، وَقَدْ جِئْتُ أَسْتَشِيْرُكَ. فَقَالَ: هَلْ لَكَ مِنْ أُمٍّ؟ قَالَ: نَعَمْ. قَالَ: فَالْزَمْهَا، فَإِنَّ الْجَنَّةَ تَحْتَ رِجْلَيْهَا

Dari Mu’wiyah bin Jahimah as-Salami bahwasanya Jahimah pernah datang menemui Nabi saw lalu berkata: Wahai Rasulullah, aku ingin pergi jihad, dan sungguh aku datang kepadamu untuk meminta pendapatmu. Beliau berkata: “Apakah engkau masih mempunyai ibu?” Ia menjawab: Ya, masih. Beliau bersabda: “Hendaklah engkau tetap berbakti kepadanya, karena sesungguhnya surga itu di bawah kedua kakinya.”
- See more at: http://www.majalahislami.com/2009/05/surga-itu-di-bawah-telapak-kaki-ibu/#sthash.xSMHB2J0.dpuf

عَنْ مُعَاوِيَةَ بْنِ جَاهِمَةَ السَّلَمِيِّ أَنَّ جَاهِمَةَ جَاءَ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ أَرَدْتُ أَنْ أَغْزُوَ، وَقَدْ جِئْتُ أَسْتَشِيْرُكَ. فَقَالَ: هَلْ لَكَ مِنْ أُمٍّ؟ قَالَ: نَعَمْ. قَالَ: فَالْزَمْهَا، فَإِنَّ الْجَنَّةَ تَحْتَ رِجْلَيْهَا

Dari Mu’wiyah bin Jahimah as-Salami bahwasanya Jahimah pernah datang menemui Nabi saw lalu berkata: Wahai Rasulullah, aku ingin pergi jihad, dan sungguh aku datang kepadamu untuk meminta pendapatmu. Beliau berkata: “Apakah engkau masih mempunyai ibu?” Ia menjawab: Ya, masih. Beliau bersabda: “Hendaklah engkau tetap berbakti kepadanya, karena sesungguhnya surga itu di bawah kedua kakinya.”
- See more at: http://www.majalahislami.com/2009/05/surga-itu-di-bawah-telapak-kaki-ibu/#sthash.xSMHB2J0.dpuf

Kota Bharu: Hanya kerana tersilap membeli pisang goreng dan keropok seperti dipesan, seorang penganggur sanggup mencederakan dua adik serta menumbuk ibunya dalam kejadian di rumah mereka di Kampung Nilam Puri, di sini, Februari lalu.
Akibat perbuatan itu, Mohd Hafizi Baharuddin, 26, terpaksa meringkuk di dalam penjara selama tiga tahun selepas mengaku bersalah di Mahkamah Majistret, semalam, atas empat pertuduhan yang dibacakan terhadapnya.
Keputusan dibuat oleh Majistret Nik Habri Muhamad selepas tertuduh membuat pengakuan itu.
Mengikut pertuduhan pertama, dia didakwa melakukan ugutan jenayah dengan mengangkat sebilah parang hingga mendatangkan cedera kepada adik perempuannya, Rofizah, 24, di Lot 1147, Kampung Nilam Puri, Jalan Kuala Krai, di sini, pada jam 2.30 petang, 5 Februari lalu.
Pertuduhan dikemukakan mengikut Seksyen 506 Kanun Keseksaan, yang jika sabit kesalahan boleh dipenjara dua tahun atau denda atau kedua-duanya sekali.
Untuk pertuduhan itu, dia dijatuhkan hukuman penjara tiga tahun.
Bagi pertuduhan kedua, tertuduh di tempat, tarikh dan waktu sama turut didakwa dengan sengaja menyebabkan kecederaan kepada Rofizah apabila melempar piring kaca dan terkena di belakangnya manakala pertuduhan ketiga, dia didakwa sengaja menyebabkan kecederaan kepada ibunya, Sharifah Mamat, 48, dengan menumbuk paha kiri dan berlaku pergelutan.
Mengikut pertuduhan keempat, tertuduh di tempat, tarikh dan waktu sama didakwa dengan sengaja menyebabkan kecederaan kepada adik lelakinya, Mohamad Hafizul, 17, dengan menumbuk di belakang leher dan berlaku pergelutan.
Pertuduhan kedua hingga keempat itu didakwa mengikut Seksyen 323 Kanun Keseksaan yang jika sabit kesalahan, boleh dihukum penjara selama setahun atau denda RM2,000 atau kedua-duanya sekali.
Nik Habri menjatuhkan hukuman penjara enam bulan bagi pertuduhan kedua hingga keempat dan mengarahkannya berjalan serentak dari tarikh tertuduh ditangkap iaitu pada hari kejadian.
Timbalan Pendakwa Raya Nur Liyana Md Zukri mengendalikan pendakwaan manakala tertuduh tidak diwakili peguam.




Dari Mu’wiyah bin Jahimah as-Salami bahwasanya Jahimah pernah datang menemui Nabi saw lalu berkata: Wahai Rasulullah, aku ingin pergi jihad, dan sungguh aku datang kepadamu untuk meminta pendapatmu. Beliau berkata: “Apakah engkau masih mempunyai ibu?” Ia menjawab: Ya, masih. Beliau bersabda: “Hendaklah engkau tetap berbakti kepadanya, karena sesungguhnya surga itu di bawah kedua kakinya.” - See more at: http://www.majalahislami.com/2009/05/surga-itu-di-bawah-telapak-kaki-ibu/#sthash.xSMHB2J0.dpuf

عَنْ مُعَاوِيَةَ بْنِ جَاهِمَةَ السَّلَمِيِّ أَنَّ جَاهِمَةَ جَاءَ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ أَرَدْتُ أَنْ أَغْزُوَ، وَقَدْ جِئْتُ أَسْتَشِيْرُكَ. فَقَالَ: هَلْ لَكَ مِنْ أُمٍّ؟ قَالَ: نَعَمْ. قَالَ: فَالْزَمْهَا، فَإِنَّ الْجَنَّةَ تَحْتَ رِجْلَيْهَا

Dari Mu’wiyah bin Jahimah as-Salami bahwasanya Jahimah pernah datang menemui Nabi saw lalu berkata: Wahai Rasulullah, aku ingin pergi jihad, dan sungguh aku datang kepadamu untuk meminta pendapatmu. Beliau berkata: “Apakah engkau masih mempunyai ibu?” Ia menjawab: Ya, masih. Beliau bersabda: “Hendaklah engkau tetap berbakti kepadanya, karena sesungguhnya surga itu di bawah kedua kakinya.”
- See more at: http://www.majalahislami.com/2009/05/surga-itu-di-bawah-telapak-kaki-ibu/#sthash.xSMHB2J0.dpuf

Dari Mu’wiyah bin Jahimah as-Salami bahwasanya Jahimah pernah datang menemui Nabi saw lalu berkata: Wahai Rasulullah, aku ingin pergi jihad, dan sungguh aku datang kepadamu untuk meminta pendapatmu. Beliau berkata: “Apakah engkau masih mempunyai ibu?” Ia menjawab: Ya, masih. Beliau bersabda: “Hendaklah engkau tetap berbakti kepadanya, karena sesungguhnya surga itu di bawah kedua kakinya.” - See more at: http://www.majalahislami.com/2009/05/surga-itu-di-bawah-telapak-kaki-ibu/#sthash.xSMHB2J0.dpuf









http://www.hmetro.com.my/myMetro/articles/Tumbukibukeranapisanggoreng/Article